Wednesday, December 21, 2011

cerpen: ULah Si Ganja



Betul sudah kata pepatah bahwa penyesalan emang di akhir. Sudah hampir tiga minggu Rudi berada di sel tahanan sementara Polres kota Bukittinggi. Baru sekali ini dia merasakan getirnya kehidupan di sel tahanan. Tepatnya pada pukul 21.30 WIB bermula dari kedatangan beberapa polisi di sebuah rumah  yang biasanya tempat Rudi dan teman-tempatnya nongkrong. Saat polisi datang menyeroboti rumah tersebut, dia kedapatan sedang menghisap ganja kering yang diselip ke dalam satu batang bungkusan rokok dengan beberapa barang bukti (BB) berupa 2 kotak kecil ganja kering di depannya. Hal ini tidak baru sekali dia lakukan bahkan sudah berkali-kali. Dan ternyata dia juga merupakan salah seorang target operasional (TO) kepolisian di kota Bukittinggi. Ketika melihat polisi yang datang dia pun melarikan diri ke belakang rumah temannya. Temannya langsung ditangkap polisi tetapi dia malah melarikan diri ke belakang rumah temannya. Namun,  niat cerdiknya tidak berhasil karena seorang polisi langsung  mengulurkan sepucuk pistol yang diselip pada celananya.
 Dan polisi itupun mengancam Rudi dan berkata, “Jika kamu lari kakimu akan saya tembak, ayok menyerahlah”, tangkas polisi pemegang pistol itu. Akhirnya dengan rasa pasrah Rudi pun menyerahkan diri, lalu kedua tangannya dibrogol. Rudi dan tiga orang temannya di bawa ke polres lalu diintrogasi kemudian dimasukkan ke dalam sel tahanan.
            Di  tengah malam yang sunyi, saat ibu Rudi ingin menghubungi Rudi beberapa kali melalui telepon genggam miliknya, Rudi seperti tidak biasanya, karena biasanya kalau Ibunya menghubunginya dia langsung membalas kembali telepon atau sms dari ibunya. Di saat terakhir ibunya menghubungi Rudi, ternyata yang mengangkat telepon adalah suara seorang laki-laki yang agak tegas suaranya dan laki-laki itu menjawab telepon dari ibu Rudi, “Buk, anak ibu Rudi kami tangkap di Polres karena terlibat Narkoba”, kata laki-laki yang semula tidak diketahui ibu Rudi yang ternyata seorang polisi.
Lalu dengan suara lemas dan terbata-bata ibu Rudi menjawab, “Ya, Pak. Kenapa dengan anak saya ? Anak saya tidak pernah menggunakan Narkoba”, jawab Ibu Rudi. Ibu Rudi sangat terkejut mendengar berita tersebut, sampai dia menangis dan tak sadarkan diri.
Malam itu pun Ibu dan Ayah Rudi berangkat ke Polres dengan berjalan kaki yang dihantui rasa takut dan pikiran yang hampir tidak sadar diri lagi. Setiba di Polres, orang tua Rudi tidak bertemu langsung dengan Rudi karena sedang dalam proses.  Orang tua Rudi malah dikejuti dengan sepucuk surat penangkapan yang diberikan oleh seorang penyidik kasus narkoba. “Bapak dan Ibu untuk dua hari ke depan Rudi belum bisa dijenguk karena dalam proses. ” kata penyidik kasus Rudi tersebut. Bercucuranlah air mata kedua orang tua Rudi mendengar hal tersebut. Lalu satu jam setelah itu orang tua Rudi pun pulang ke rumah dengan dihantui perasaan tidak senang selalu bahkan menagis terus hingga besok harinya. Pantas saja orang tua Rudi seperti itu karena Rudi adalah anak pertama dari orang tuanya.
***
Dua hari pun berlalu, tepatnya pada pukul 14.30 WIB orang tua Rudi ke Polres untuk menjenguk Rudi dengan membawa makanan dan beberapa pakaian Rudi. Tiba disana orang tuanya langsung melapor ke salah satu ruangan di Polres tersebut guna mengecek barang bawaan orang tuanya. Hal itu dilakukan polisi untuk mencegah barang bawaannya yang dilarang seperti kain sarung panjang, celana panjang dan juga celana yang pakai tali di sekitar pinggang celana karena pernah terjadi kasus gantung diri di dalam tahanan oleh salah seorang tahanan yang tidak sanggup di tahan dalam sel tahanan. Setelah pemeriksaan barang bawaan orang tua Rudi, mereka pun di silakan untuk menuju ruangan dimana anak mereka di tahan.
 Selama masa penjengukan di Polres para tahanan hanya diperbolehkan untuk bertemu langsung dengan keluarganya hanya melalui batasan dinding treli besi yang di buat khusus sebagai pembatas. Hal ini bertujuan agar tahanan tidak melarikan diri dari sel tahanan. Kurang dari satu jam orang tuanya berbicara dengan Rudi, dalam pembicaraan tersebut orang tuanya malah bercucuran air mata karena tidak tahan melihat anak mereka di balik jeruji besi tersebut. Maklum saja bahwa baru sekali ini mereka ke dalam sel tahanan karena dalam keluarga orang tua Rudi belum pernah menemui kasus seperti itu. Saat waktu menunjukkan pukul 15.30 WIB polisi penjaga sel tahanan mengingatkan kepada orang tua Rudi bahwa waktu jenguk sudah habis. Lalu dengan rasa berat hati dan penuh rasa sedih orang tuanya pun meninggalkan Rudi sambil memegang tangan Rudi.
            Sampai di rumah pukul 16.00 WIB, orang tua Rudi langsung menghubungi keluarga dari ayah dan ibu Rudi. Mereka baru memberitahukannya sekarang karena kalau diberitahu cepat takutnya akan terkejut. Keluarga ibu Rudi yang berada di Pariaman yang memiliki anak juga seorang polisi di Polres kota Pariaman. Turut merasa sedih sekali mendengar hal itu bahkan merasa terpukul. Kerena biasanya orang lain yang dia hadapi tetapi sekarang bahkan  adik dia sendiri yang  jadi tahanan. Dalam komunikasi di telepon genggam, dia mengatakan bahwa besok sore dia akan ke Bukittinggi menjenguk Rudi. Karena kalau pagi ada upacara HUT Bhayangkara, ujarnya kepada Ibu Rudi. Bersama keluarga Ibu Rudi, abang Rudi yang tanpa seragam polisi itu langsung menuju Polres Bukittinggi tanpa lebih dahulu bersinggah di rumah orang tuanya. Setiba disana dia bertemu dengan seorang teman yang kebetulan dua tahun yang lalu pernah bertugas di Pariaman yang sekarang bertugas di bagian Narkoba itu juga.
Dengan panjang cerita mereka pun mengobrol dan meminta solusi yang seminimalnya untuk penahanan Rudi ini. Karena Rudi yang sebenarnya adalah pemakai sekaligus pengedar diminta keringanan untuk status sebagai pemakai saja. Karena jika status Rudi sebagai pengedar maka hukumannya cukup lama, ujar teman abang Rudi itu.
            Setelah itu, abang Rudi yang polisi itu menjumpainya secara langsung tanpa sekatan karena kebetulan sesama polisi diberi kekhususan untuk bertemu langsung tanpa batasan dinding treli besi yang biasanya sebagai pembatas penjenguk tahanan di Polres tersebut. Lalu abang Rudi itu pun mengatakan kalau diminta keterangan tolong dijawab dengan tepat dan benar karena dengan kejujuran dapat meringankan hukuman, ungkap abang Rudi dengan suara agak sedikit lunak.  “Nasi sudah menjadi bubur, kalau saya tahu sebelumnya pasti saya akan cepat mencegahnya”, kata abangnya itu di depan orang tua Rudi. Kemudian mereka pun pulang dari Polres serta melakukan perbincangan masalah Rudi di rumah orang tuanya.
            Sekarang nasib Rudi masih tergantung karena masa penahanannya di sel tahanan Polres terus diperpanjang hingga satu bulan ke depan sampai kasusnya tersebut benar-benar terungkap. Itulah sesuatu yang tidak di duga-duga terjadi Rudi harus selalu di beri motivasi-motivasi agar tidak depresi nantinya. Hanya do’a dari orang-orang terdekatnya yang akan bisa meringankan hukuman Rudi sebab kasus Rudi ini tidak bisa dibantu walau anak seorang pejabat sekalipun.

*Penulis adalah Mahasiswa jurusan sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial UNP tahun masuk 2010.
Penulis saat ini aktif di organisasi dakwah fakultas FSDI FIS UNP
Dan juga aktif di Komisi C Badan Perwakilan Mahasiswa FIS UNP periode 2011/2012 























0 comments:

Post a Comment