Sunday, August 12, 2012









            IMAPABASKO singkatan dari Ikatan Mahasiswa Padangpanjang, Batipuah, X Koto  merupakan sebuah ikatan mahasiswa se-Pabasko (Padangpanjang, Batipuah, X Koto) yang memiliki salah satu tujuan berkontribusi terhadap masyarakat Pabasko. Sebagai bentuk implementasi dari  tujuan tersebut IMAPABASKO melalui program kerja bidang agama IMAPABASKO periode 2012/2013 melaksanakan buka puasa bareng dengan anak panti asuhan Muhammadiyah khusus Puteri di Batipuah pada hari Sabtu (11/8) sekitar pukul 18.00 WIB. Di waktu yang sama juga dibagikan ta’jil Ramadhan ke panti asuhan Tri Murni, Silaiang Bawah dan juga Masjid Raya Jihad Balai-balai Padangpanjang.
            Acara yang dilaksanakan di salah satu ruangan panti asuhan khusus puteri itu di awali dengan kata sambutan oleh Ketua Umum IMAPABASKO, Nurman Sah. Dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh koordinator bidang agama,Rahmat Hidayat sekaligus yang meng-handle acara buka bareng dengan anak-anak panti Asuhan yang terletak di Jalan Raya Padangpanjang-Solok Km 7 itu.  Sambil menunggu waktu buka, ia mempersilahkan seluruh pengurus yang ikut dalam rombongan untuk memperkenalkan diri. Dan sebagai umpan baliknya anak-anak panti juga disuruh memperkenalkan diri. Anak-anak dari panti asuhan yang berjumlah 35 orang ini menyebutkan nama, sekolah dan kampung masing-masing. Ada yang berasal dari Batipuah sendiri dan ada juga dari daerah luar Batipuah seperti Solok, Dharmasraya, dan sebagainya.
            “Banyak kawan karena bisa kenal dengan banyak kawan dari berbagai daerah dan terkadang selalu ingin bertemu selalu dengan orang tua,” jawab Mona (17) saat diwawancarai mengenai suka dan duka tinggal di panti asuhan sembari menunggu giliran perkenalan dirinya. Mona yang baru masuk SMA Negeri 1 Batipuah ini menerangkan bahwa untuk biaya masuk ke sekolah itu sebesar Rp.750.000,- dan saat ini ada 3 orang yang masuk sekolah. Dan setelah ditanya untuk pembayaran biaya masuk dan spp tiap bulan itu dibayar oleh pengelola panti asuhan. Maklum saja biaya masuk SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) di Kab. Tanah Datar hanya sampai tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) yang dibiayai pemerintah. Untuk belanja harian anak-anak panti sebesar Rp.2000,- per anak, diberikan sekali 6 hari kepada tiap anak. Itu di luar buku-buku pelajaran yang harus di beli. “Kalau beli LKS, buku-buku duitnya dari Ibu pengelola,” ungkap gadis asal Ombilin tersebut. Gadis yang berbadan sehat itu menyatakan untuk pergi ke sekolah biasanya anak-anak naik kendaraan umum bagi sekolahnya yang jauh, kalau dekat dari panti asuhan jalan kaki saja.
            “Dana, itu yang masih menjadi duka kami di sini,” ucap Jasmiwarli (48) salah seorang pengelola panti yang rumahnya berada dekat dari panti asuhan itu. Meskipun sudah ada bantuan dari Dinas Sosial, Pemkab (Pemerintah Kabupaten), dan donatur lainnya, namun masih menjadi kendala bagi kami di sini ujar wanita yang sudah 4 tahun menjadi pengelola panti asuhan swasta itu.
            Waktu buka puasa pun telah masuk, acara makan pabukoan dimulai setelah dipimpin oleh salah seorang pengurus. Kemudian dilanjutkan dengan shalat berjamaah dan disambung dengan makan bersama. Setelah itu, anak-anak dibagi atas 4 kelompok melingkar yang setiap kelompok didampingi oleh 2 hingga 4 orang pengurus laki-laki dan perempuan. Dalam kegiatan tersebut pendamping memberikan berbagai motivasi kepada anak-anak yang tergabung dalam kelompok itu. Di samping juga sebagai pendekatan dengan anak-anak panti, pendamping juga menanyakan cita-cita mereka masing-masing ada yang menjawab ingin jadi guru matematika, ingin jadi guru ngaji, dan lain sebagainya. Semua itu tercipta atas keinginan, tekad yang kuat dan manajemen diri serta tak luput dari do’a terhadap sang Khalik (pencipta) ungkap beberapa orang pendamping. Kemudian acara buka puasa bareng dengan anak panti asuhan ditutup dengan foto bersama. (HASAN ASYHARI)


Ketua STAIN Batusangkar menyerahkan piala bergilir kepada YAAR
        Itu merupakan kata-kata yang sering terdengar saat kata sambutan yang disampaikan oleh Camat Batipuah dan juga tokoh masyarakat nagari Ladang Laweh dalam acara pembukaan Lomba Tahfizh Al-Qur’an dan Nasyid yang diikuti puluhan pelajar ini. Acara pembukaan yang dilaksanakan di Masjid Makmur Ladang Laweh dan juga sekaligus sebagai tempat dilaksanakannya lomba. Acara yang diadakan pada hari Kamis malam (9/8) ini  diselenggarakan oleh KARISMMA kelompok remaja Masjid Makmur Ladang Laweh bekerjasama dengan Yayasan An-Nur Abdul Rahman (YAAR) dan Mahasiswa KKN STAIN Batusangkar angkatan ke-XV. Mahasiswa KKN dari STAIN yang akan diajukan menjadi IAIN ini berjumlah 8 orang,  2 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Mereka telah memulai aktifitas KKN sejak sebelum masuknya bulan Ramadhan 1433 H.
            Setelah didahului dengan shalat Isya dan Tarawih berjamaah ini, acara pembukaan lomba tahfizh Al-Qur’an dan Nasyid ini dipandu oleh MC (Master of Ceremony). Pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh salah seorang mahasiswa STAIN, Elga Novita. Perempuan yang bersuara merdu ini menukau peserta dan undangan yang hadir di Masjid saat itu. Kemudian kata sambutan dari ketua pelaksana, Abdurrahman. Dilanjutkan dengan kata sambutan ketua yayasan An-Nur Abdul Rahman, Mustafa Akmal,MH Dt. Sidi Ali. “Kehadiran mahasiswa KKN kita manfaatkan potensinya untuk membina anak-anak yang belajar Al-Qur’an di Nagari ini,” ujar tamatan S2 Magister Hukum Universitas Negeri Andalas ini. Lalu kata sambutan salah seorang tokoh masyarakat nagari Ladang Laweh, Uan Deen Dt.Simarajo. ”Kita juga belajar, mahasiswa juga belajar ilmu”,ucap anggota legislatif Kab.Tanah Datar ini. Dan berikutnya kata sambutan dari Camat Batipuah, Drs.M.Nur, M.Si. “Hampir setiap nagari di kecamatan Batipuah yang mengadakan MTQ pada bulan Ramadhan ini, namun di sini lebih kreatif yakni dengan lomba Tahfizh dan Nasyid,” terangnya.
            Kemudian tabligh akbar Nuzul Al-Qur’an sekaligus membuka secara resmi lomba Tahfizh dan Nasyid oleh Ketua STAIN Batusangkar, Prof Hasan Zaini. Dalam penyampaiannya, beliau menjelaskan sebab-sebab turunnya Al-Qur’an serta faedah dari Al-Qur’an bagi kehidupan manusia salah satunya sebagai Asyifa (Penyembuh) atau obat bagi yang sakit. Usai ceramah singkat mengenai Al-Qur’an tersebut Beliau langsung membuka secara resmi lomba Tahfizh dan dan Nasyid. Terakhir Beliau mengatakan bahwa akan ditanda tangani MoU (Nota kesepakatan) antara STAIN Batusangkar dengan Yayasan An-Nur Abdul Rahman terkait pendidikan di nagari Ladang Laweh. Selanjutnya, pembacaan akta kesepakatan oleh bagian Hubungan Masyarakat (Humas) STAIN Batusangkar. Kemudian penampilan peserta Tahfizh oleh Yola, Yahya, Ranti dan Nova sebagai lomba Tahfizh resmi dibuka. Para peserta itu menampilkan hafalannya ke depan para undangan yang hadir saat itu. Mereka membacakan beberapa surat yang terdapat dalam Juz 30. Dan terakhir pembacaan do’a oleh Dafrizon,S.Ag dan tepat pukul 23.10 WIB acara pembukaan lomba Tahfizh dan Nasyid ditutup. (HASAN ASYHARI)

Wednesday, August 8, 2012



                                                                Padangpanjang, 8 Agustus 2012
Kehidupan,
Engkau bagaikan metamorfosis di kala tumbuh
Engkau bagaikan cahaya lilin di kala gelap
Engkau bagaikan  pelangi di kala hujan
                Dalam dekapan kalbu aku hidup
                Dalam buaian akal aku hidup
                Dalam untaian lisan aku hidup
                Dalam sentuhan mimpi aku hidup
Senang,
Canda,
Tawa,
Sedih,
Itu lah ‘Kau
                Kehidupan,
                Di sini aku merintisi jejakku
                Di sini aku mengisntal  pikiranku
                Di sini aku melobi langkahku
                Di sini aku memompa batinku
Inilah Kehidupan…
            Pagi yang mendung di daerah agak terpelosok kota Painan bermukim satu keluarga yang hidup sederhana. Di sana ada Alan, Rosa adik cewek Alan. Piki adik cowoknya dan Pak Zuhfi ayahnya. ”Harus berubah!,” ucap Alan sambil memandang pohon rambutan yang amat lebat buahnya di belakang rumah. Gara-gara omongan seperti itu Alan dipanggil ayahnya.. Perasaan sedikit takut menemani Alan ketika ia mulai panggilan ayahnya yang sedang membuat alas kaki serabutan. “Emang mau pergi kemana nak?” tanya ayah Alan dengan tegapnya. Terdiam sejenak Alan mendengar respon lelaki bertubuh lumayan kurus itu.
            “Ayah, izinkan Alan pergi merantau ke Medan Yah!”
            “Alan ingin merubah nasib keluarga kita, membantu biaya pengobatan Ayah. Alan ingin membantu biaya sekolah Rosa dan Piki,” balasnya dengan suara agak haru. Sudah hampir tiga tahun ia tamat SMK. Keinginan mulia sang anak untuk merubah nasib keluarga mulai terpikirkan. Tak ingin lagi hidup dalam kondisi serba kekurangan dan diliputi utang demi keberlangsungan hidupnya dan keluarga.
            “Jika kamu pergi merantau siapa yang akan membantu ayah mencari serabutan di hutan nak?,” ungkap laki-laki yang hidup tanpa didampingi sesosok sang istri. Maklum, Ibu Alan sudah meninggal dunia sewaktu ditabrak truk di daerah sekitar pabrik tempat ibunya bekerja beberapa tahun yang lalu.
             “Kalau seperti itu alasanmu nak. Apa daya bagi ayah tapi kamu harus usaha dulu mencari lowongan kerja di kota Padang. Seandainya tak dapat juga baru cari informasi lowongan kerja di kota Medan. Tentu yang sesuai dengan keinginanmu nak,” tangkas ayah Alan dengan  yakinnya.
             Alan anak pertama dari Pak Zuhfi tentu tak mau tinggal diam saja melihat getir kehidupan keluarganya. Tahun demi tahun dilalui tak ada perubahan yang terjadi malah keparahan ekonomi yang bertambah. Utang ke sana utang ke sini. Rosa yang sebentar lagi tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) akan melanjutkan kuliah. Sebab tamatan SMA harus kuliah karena tidak memiliki skill (keahlian) seperti tamatan SMK, Piki sebentar lagi tamat SMP juga harus masuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan ayahnya yang sering sakit-sakitan itu harus berobat sekali sebulan ke salah satu Rumah sakit berskala Internasional di kota Padangpanjang.
            Penyakit diabetes yang menyerang ayah Alan sejak umur 42 tahun itu menjadikan Alan sebagai tulang punggung keluarga yang kedua. Jika diharapkan pemasukan dari ayah belum tentu kebutuhan sehari-hari keluarganya terpenuhi meskipun makan dengan tempe, tahu dan ikan asin. Toh butuh beras, minyak goreng, cabe merah giling dan minyak tanah untuk masak. Yang harganya akhir-akhir ini lumayan melambung tinggi.
            Biasanya dalam sekali berobat bisa mengais kantong sekitar 200 ribuan. Tak sebanding dengan pendapatan ayahnya cuma 30 ribu rupiah sehari. Itu pun kalau alas kaki serabutan ayahnya terjual habis. Meskipun sudah terdata sebagai keluarga miskin dari kelurahan namun tak bakal mampu menanggulangi semua biaya pengobatan ayahnya tiap bulan. Untung saja Alan yang tamatan SMK memiliki keahlian di bidang Pariwisata di salah satu SMK Favorit di kota Painan. Dengan sertifikat keahlian yang ia miliki, Alan mulai memasukkan lamaran ke berbagai biro perjalanan yang ada di kota Padang. Kantor  yang ia tuju pertama kali ialah kantor biro perjalanan tempat ia pernah praktek kerja lapangan dulu.   Teringat Alan di akhir praktek kerja lapangannya dulu, ada seorang Bapak yang menyuruhnya kerja di sini setelah tamat SMK. Tapi setelah didatangi Bapak itu tak ada. Tak ada lagi tempat meminta bantuan. Sebab yang kerja di sana baru-baru semua. Tak ada satupun yang ia kenal. Lalu ia pergi dari tempat itu dan mencari kantor biro perjalanan lain. Ternyata juga tak ada yang bisa ditempati Alan, sebagai tempat pengubah nasibnya dan keluarga.
            Ia pun mulai pasrah. Suara azan yang menggema dari arah Masjid Asliyah menggerakkan hatinya untuk shalat ke Masjid nan penuh sejarah itu. Allahu Akbar!. Setelah usai shalat, ia pun memurungkan hati untuk kembali ke Painan. Setiba di terminal bis ke Painan ia berjumpa dengan seniornya dulu waktu SMK. Sebut saja Jaka namanya. Ia juga berniat pulang kampung ke Painan. Mereka pulang dengan bis yang sama. Lalu mereka pun bercakap-cakap. Selang seling dari percakapan itu Alan mengutarakan keinginannya bekerja di Medan. Lalu, Jaka menghubungi temannya di Medan untuk menanyakan lowongan kerja di biro perjalanan pariwisata di kota pulau Samosir itu. Akhirnya dapat lah informasi langsung dengan persyaratannya.
***
            Beberapa hari setelah itu Alan mengirimkan berkas lamarannya ke perusahaan biro perjalanan luar negeri yang terletak di kota tari Tor-tor itu. Setelah menunggu telepon dari Bapak kepala personalia, akhirnya Alan diterima di sana dan disuruh segera berangkat ke Medan sekaligus mulai bekerja empat hari setelah Bapak  itu. “Alhamdulillah Ya Rabb,” ungkap Alan dengan rasa haru. Hari esoknya, Alan berangkat dengan mobil antar propinsi menuju kota Medan. Setiba di sana ia mencari tempat tinggal sementara (kost) hingga tiba hari dimana ia mulai bekerja.          
            “Assalamua’laikum,Selamat pagi, perkenalkan saya Alan dari kota Painan Pak. Saya dipanggil kerja di sini setelah diterimanya berkas lamaran saya empat hari yang lalu,” ujarnya dengan sopan.
             “Oh iya,lupa..hehe..selamat ya dek!. Anda diberi kesempatan untuk bergabung pada perusahaan biro perjalanan kami. Semoga dapat bekerja dengan baik di sini,” balas Bapak itu.
            ” Ya Pak, amin..Terima Kasih banyak ya Pak,” ucap Alan dengan rasa senang. Dengan penuh kedisiplinan ia bekerja di sana. Tak pernah ada kata telat datang baginya. Melihat teman-teman sesama kerja banyak yang terlambat masuk kantor, ia bahkan lebih on time datang daripada satpam pengganti sekalipun. Ini berkat kedisiplinan yang diajarkan oleh ayahnya waktu ia di kampung.
            Tibalah saat pembagian gaji. Alan tak ingin berpikir lama. Ia langsung mengirim sejumlah uang kepada keluarganya di kampung. “Alhamdulillah, gaji pertamaku lumayan besar. Separoh dari gajiku bakal aku kirim untuk keluarga di Painan,” ucapnya. Sebab tujuan utamanya merantau biar dapat membantu keluarganya yang ada di sana. Setelah hampir satu tahun ia bekerja di Medan. Ia dipindahkan ke kantor pusat biro perjalanan yang berkantor pusat di  kota Sidney, Australia. Di sana letak perusahaan biro perjalanan Kizroh, pusat dari biro-biro perjalanan yang ada di beberapa negara ini. Pantas saja ia dipindahkan di sana karena perusahaan Kizroh pusat membutuhkan orang-orang seperti Alan. Dedikasi, keuletan, kedisiplinannya tak diragukan lagi.
***
            Setahun sudah Alan menetap dan bekerja di kota Sidney, Australia. Sejak ia kerja di sana Alan lebih sering mengirim uang yang angkanya lumayan besar. Kesibukannya bekerja tak membuat Alan lupa berkomunikasi dengan ayah, adik-adik, bahkan tetangga dekatnya.  Negara Kangguru itu akan menjadi saksi bisu keberhasilan Alan dirantau. Siang yang cerah ia dan tiga orang temannya ditugaskan mewakili perusahaan Kizroh dalam pertemuan perusahaan-perusahaan Islam se-Australia. Suara yang merdu, berwajah cantik, berjilbab. Itu yang membuat Alan melirik seorang wanita pembaca ayat suci Al-Qur’an di atas podium saat itu.         
            Usai wanita bersuara emas itu membaca Al-Qur’an. Alan langsung menemuinya yang ketika itu duduk tak terlalu jauh darinya mereka pun bercakap-cakap hingga sampai berbagi pin handphone BB (Blackberry). Tak terasa setengah jam ia pun memisahkan diri sebab acara inti akan dimulai. Hampir tiap hari mereka menjalin komunikasi melalui BBM-an nya. Akhirnya muncul camestrey antara mereka. Tak ingin berpacaran lama bak pasangan muda-mudi yang lagi kena virus merah jambu. Layaknya lelaki normal, Alan menginginkan sesosok wanita abadi yang akan selalu menghibur hatinya. Selang waktu setelah itu Alan berencana meminang wanita asal negeri Jiran itu menjadi istrinya. Tak menunggu lama.  Pertemuan antara pihak keluarga Alan dan keluarga Nurliza. Pertemuan itu berlangsung di Painan rumahnya Alan yang sudah direnovasi bak istana kecil. Dalam pertemuan dibahas waktu, tempat dan perlengkapan pernikahan Alan dan Nurliza. Sebulan setelah itu calon pasangan beda negara itu menikah ala kebudayaan Indonesia. Sehari sesudah itu diselenggarakan pesta pernikahan. Minggu pertama di Painan rumah Alan. Dan  minggu berikutnya di Serawak, Malaysia.
            Dengan memakai suntiang (sunting) khas Minang yang diletakkan di atas kepala Nurliza menjadikan ia bak nya seorang anak daro minang nan cantik jelita. Pasangan suami istri baru itu membeli sebuah rumah besar di kota Sidney. Mereka pun menetap di sana. Tepat sudah satu setengah bulan umur pernikahan mereka. Nurliza pun hamil setelah rasa mual-mual dan muntah-muntah yang ia perlihatkan. Tak ada rasa cemas Alan. Ia yakin bahwa istrinya hamil. Namun, agar lebih jelas mereka pun pergi ke dokter spesialis anak sambil memeriksa perut Nurliza. Alhamdulillah ternyata Nurliza positif hamil. Berbagai antusias pun mulai dilakukan Alan mulai dari melayani ngidam yang dialami si istri hingga mempersiapkan perlengkapan si calon bayi.
            Mendekati bulan yang kesembilan kehamilannya. Nurliza lebih sering mual-mua berbeda saat ia hamil bulan pertama dan kedua. Tepat malam sabtu ia merasakan calon bayi dalam perutnya sangat cepat sekali menendang perutnya beda dari biasanya. Rasa pedih dan sakit yang dialami Nurliza memaksa Alan bangun dari tidurnya yang nyenyak. Nurliza merasa ketuban pecah. Lalu Alan membawanya ke rumah sakit persalinan dengan mobil fontuner miliknya. Setiba di di rumah sakit Nurliza langsung di bawa ke dalam ruangan persalinan.
             “Eak,eak,eak,” bunyi tangisan yang terdengar oleh Alan dari balik pintu masuk ruangan persalinan itu. Setelah dibersihkan bayi perempuan yang baru lahir itu langsung dipertemukan dengan kedua orang tuanya. Salah seorang suster dalam ruangan itu menyuruh Alan masuk.
            “Hello Mr, Now you can enter in the room!” sapa suster di rumah sakit persalinan berskala internasional.
            Lalu Alan masuk dan langsung berucap syukur, “Alhamdulillah anakku lahir!,” sembari menatap indah bayinya,  Alan langsung meng-qamatkan si bayi mungil itu dengan suara pelan. Setelah itu ia menghubungi keluarga Nurliza dan keluarganya di Painan memberitahukan Nurliza telah melahirkan. Keluarga yang jauh dari daerah perantauan, mereka hanya bisa berucap syukur sembari mengucapkan kata selamat. Meskipun jarak jadi pembatas namun tak menghalang komunikasi antara Alan, Nurliza dan keluarganya.
            Lalu ia mengobrol dengan Nurliza, wanita yang berhasil melahirkan dengan selamat itu. Patut disyukuri karena ini kelahiran pertama anaknya, hilanglah semua ketakutan dan kecemasan selama ini sebab Alan sering melihat pemberitaan diberbagai media massa bahkan melihat nyata bayi-bayi yang lahir dengan keadaan cacat, buta, tuli bahkan ada yang meninggal. Bersyukur Alan dan istrinya atas kemudahan dan kelancaran yang diberikan sang Khalik atas kelahiran anaknya.
            Dua hari setelah menginap di rumah sakit persalinan mereka pun pulang ke rumah nan penuh cinta dan kasih sayang itu. Beberapa tahun kemudian besar lah  Maisyaroh Alnur singkatan nama Alan dan Nurliza. Nama perempuan cantik hasil pernikahan mereka. Lalu Mai panggilan akrabnya tumbuhlah menjadi anak yang pintar, cerdas dan berprestasi. Terbukti selalu juara kelas dan selalu juara dalam lomba-lomba kepenulisan yang diadakan oleh berbagai lembaga di Negeri Kangguru itu. Sungguh bahagia Alan dan Nurliza memiliki anak yang cantik, cerdas dan selalu menutup aurat tersebut. Maklum saja asuhan dari kedua orang tuanya yang taat akan agama itu menjadikan ia sosok anak yang shalehah. Mereka pun hidup dalam bahtera keluarga yang samara (sakinah, mawaddah dan warrahmah). Writer is HASAN ASYHARI
***

Sunday, August 5, 2012


Refleksi Hidup Menuju Sang Khalik
 


Judul                : Hidup Bukan Sandiwara
Pengarang        : M. Syahria Permana Jaya
Penerbit            : Pustaka Ulumuddin, Bandung
Cetakan           : Pertama, Mei 2004 M
Tebal Buku       : 91 halaman   

            Memang hidup penuh misteri. Bahkan kita tidak tahu persis mengapa kita bisa bernapas, berkedip, berbicara, melihat, dan sebagainya. Dari manakah gerangan semua kemampuan itu? Sementara ada sosok lain yang terbujur kaku, memiliki kelengkapan organ sebagaimana kita namun tidak bernapas, berkedip, berbicara, melihat yaitu ketika kemampuan untuk itu dicabut oleh pemiliknya.
            Buku yang simple untuk dibawa kemana pergi ini sangat mudah dipahami karena bahasa yang dekat dengan keseharian. Dalam buku ini penulis ingin menyampaikan gugatan nurani anak manusia untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, menyikap tabir kehidupan dengan sederet misteri dan rahasia yang terkandung di dalamnya. Banyak diantara kita menyaksikan sederet realitas hidup yang penuh misteri. Seperti halnya betapa banyak orang-orang yang tersesat oleh pemikirannya sendiri dan menjalani hidup dengan penuh kegalauan.Tak sedikit orang yang bergelimang kekayaan namun selalu dihantui oleh penyakit dan akhirnya mencapai puncak sakaratul maut. Berbagai masalah datang silih berganti, seakan-akan hendak menenggelamkan nafsu yang tak pernah merasa puas. Dan perjuangan pun sia-sia, karena arah hidup tidak selaras dengan kehendak sang pencipta.
            Di saat yang sama, sederet orang berjejer melantunkan ayat-ayat Allah swt. Seolah-olah mereka sudah menemukan muara hati menuju kehidupan yang lebih baik. Mereka berjuang dengan keimanan yang ditunjukkan oleh Sang Pemilik jagad raya ini. mereka tak lagi dihantui rasa takut, cemas dan sedih. Karena Allah swt Maha Kaya, Maha Pemurah dan Maha Pengampun. Andai kekhilafan menerpa mereka yakin Allah swt akan selalu menerima taubat setiap kekhilafan yang diperbuat hamba-hambanya. 
            Dilihat dari cover atau perwajahan buku sudah cukup bagus malahan judulnya membuat pembaca penasaran ingin membacanya ditambah lagi dengan ke-simple an buku yang gampang untuk dibawa kemana pergi. Tiap bab dibatasi oleh lembaran judul bab dan bagian dalam buku gambar dan tulisannya hanya fokus pada warna hitam jadi kelihatan cukup kaku. Namun hal tersebut tak menjadi masalah karena dilengkapi ayat-ayat dalam Al Qur’an pada setiap pembuka bab. (Hasan Asyhari)

Saturday, August 4, 2012


Kiat dan Motivasi Menghafal Al-Qur’an

Judul               : Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an
Pengarang       : Dr. Raghib As-Sirjani dan Dr. Abdurrahman Abdul Khaliq
Penerbit           : PT Aqwam Media Profetika, Solo
Cetakan           : XIII, September 2011 M
Tebal Buku      : 128 halaman

            Nikmat Al-Qur’an merupakan karunia dan anugerah paling agung yang diberikan Allah swt kepada hamba-hambanya yang beriman. Manusia yang tidak ada respon terhadap ayat-ayat-Nya, tidak pula melaksanakan seruan-Nya, mereka seolah seperti makhluk yang belum pernah terlahir di muka bumi ini. Pada dirinya tak ada kehidupan yang nyata.
            Secara lebih khusus, nikmat yang sangat besar dikaruniakan kepada sekelompok hamba-Nya yang tidak hanya beriman namun juga menghafal Al-Qur’an. Allah sangat meninggikan derajat serta melipatgandakan pahala mereka. Selain itu, Allah memerintahkan kaum beriman untuk memuliakan dan memprioritaskan mereka dibandingkan yang lain.
            Buku yang ditulis oleh dua pakar dengan latar belakang yang berbeda. Dr. Abdurrahman Abdul Khaliq adalah doktor di bidang syariah lulusan Universitas Islam Madinah. Sedangkan Dr. Raghib As-Sirjani adalah doktor di bidang medis di Amerika. Dua pakar tersebut berusaha mengeksplorasikan faktor-faktor penting yang bisa membantu untuk mewujudkan suci dan cita-cita agung menghafal Al-Qur’an. 
            Bagaimana memulai menghafal, bagaimana metodenya, kapan dan apa kunci rahasia untuk menjaga hafalan akan dikupas secara tajam dalam buku ini. Selain menyuguhkan berbagai kiat yang cukup lengkap, buku ini juga menyuguhkan serangkaian motivasi. Dimulai dengan menjelaskan berbagai keutamaan orang yang menghafal Al-Qur’an (hafizh) kemudian disertai dengan berbagai kode etik dan karakteristik yang semestinya melekat pada diri seorang hafizh.
            Kepiawaian dua penulis dengan studi gelar doktor berbeda ini mampu menulis buku-buku How To seperti dalam buku yang semula berbahasa Arab ini. Rangkaian kiat dan motivasi yang diuraikan mengajak para pembaca untuk mengubah paradigma bahwa menghafal bukan lagi sebuah beban dan sesuatu ekslusif, melainkan ibadah yang sangat penting dan menyenangkan. Judul yang dicantumkan pada cover seolah-olah terkesan cukup menegangkan dan kaku serta belum mencakup isi buku secara keseluruhan. Tidak hanya cara menghafal Al-Qur’an namun juga cara menghayati dan menerapkan Al-Qur’an. Setelah dibaca lembar perlembar ternyata tidak begitu monoton bahkan bervariasi dengan uraian kata-kata motivasi sehingga lebih enak dibaca. Hal demikian dapat menutup kekurangan buku penerbit Aqwam ini. (Hasan Asyhari)