“Masalah Hubungan Suku Bangsa dan Upaya Penanggulangannya”
A.
Identitas
(Jati
Diri) Suku
Bangsa
Identitas suku bangsa terkait dengan
jati diri suku bangsa. Jati diri suku bangsa adalah pengenalan atau pengakuan
terhadap seseorang termasuk sebagai dalam Suatu golongan, berdasar atas
ciri-ciri tertentu yang bulat dan menyeluruh.
Ciri
– ciri suku bangsa:
·
Sebuah satuan hidup yang secara biologi mampu
berkembang biak dan lestari
·
Mempunyai kebudayaan,
pranata yg merupakan pedoman bagi kehidupan mereka. Masing-masing Suku bangsa
berbeda dengan yang lain.
·
Keanggotaan bersifat ASKRIPTIF
. Keanggotaan yang didapat secara otomatis, berdasar atas asal usul
kelahirannya.
·
Keberadaan suku bangsa
ini exis karena ada interaksi dengan engaruhi keberadaan sebuah suku bangsa.
·
Pembedaan yang lebih
pokok antara Suku Bangsa / Golongan yang satu dengan yang lain adalah
cirri-cirinya yang Askriptif.
Ada
beberapa hal yang dapat membedakan suku bangsa:
§
Pengakuan masing-masing
dua Suku Bangsa yang berbeda mengenai Identitas, atau jatidiri Suku Bangsa
mereka.
§
Bahasa yg mereka
gunakan.
§
Kebudayaan atau
ungkapan Estetika yang mereka anggap sebagai milik mereka.
B.
Stereotip,
Atribut dan Hubungan Antar Suku Bangsa
1.Stereotip
Adalah pengetahuan
mengenai apa dan siapa serta mengapa yang merupakan pengetahuan yang dimiliki
oleh golongan sosial yang berisi tentang ciri-ciri utama yang dipunyai oleh
golongan-golongan sosial yang lainnya. Pengetahuan tentang
budaya tergantung dari pemilik budaya itu sendiri (Subyektif) menurut
kebudayaan pembuat stereotip.
Sebuah
stereotip mengenai suku bangsa itu muncul dari pengalaman seseorang atau
sejumlah orang yang menjadi anggota sebuah suku bangsa dalam berhubungan dengan
para pelaku dari sesuatu suku bangsa tersebut.
2.
Atribut Suku Bangsa
·
Jati Diri
Adalah
pengenalan pengenalan atau pengakuan terhadap
seseorang termasuk sebagai dalam Suatu golongan, berdasar atas ciri-ciri
tertentu yang bulat dan menyeluruh.
Contoh:
Tentara atau TNI mempunyaio cirri-ciri, yang cirri-ciri tersebut merupakan
sebuah satuan yang bulat dan menyeluruh yang menyebabkan seseorang dengan
cirri-ciri tersebut digolongkan sebagai tentara atau TNI.
Identitas
atau jati diri itu muuncul dalam interaksi. Interaksi adalah kenyataan empiric
yang berupa antar tindakan para pelaku yang menandakan adanya hubungan diantara
para pelaku tersebut.
·
Atribut
Jatidiri
Atribut
adalah segala sesuatu yang terseleksi, baik disengaja maupun tidak untuk
kegunaannya bagi mengenali identitas atau jatidiri seseorang atau suatu gejala.
Atribut ini
berupa ciri-ciri yang menyolok dari benda atau tubuh orang, sifat-sifat
seseorang, pola-pola tindakan atau bahasa yang digunakan
3.
Hubungan antar suku bangsa
Suku
bangsa sebagai golongan askriptif yaitu golongan yang dihasilkan dari
ciri-cirinya berdasarkan keturunan dan asal telah menghasilkan satuan kehidupan
terkecil. Satuan kehidupan terkecil ini adalah keluarga yang menjadi pondasi
terbentuknya masyarakat.
Keluarga
yang merupakan sebuah satuan kehidupan yang terkecil dalam masyarakat adalah
juga sebuah kelompok suku bangsa yang terkecil. Keluarga yang suku bangsanya
campuran akan menghasilkan kekacauan dalam jati diri anak mereka. Anak tersebut
dapat mengidentifikasikan kekacauan diri sebagai suku bangsa bapak,ibu atau
keduanya atau menapikan kedua identitas suku bangsa kedua orang tuanya dan
menggunakan lingkungan mereka hidup dan dibesarkan sebagai acuan dari jati diri
mereka.
Hubungan
antar suku bangsa terwujud melalui hubungan-hubungan yang dilakukan oleh para
pelaku yang menjadi warga dari suku bangsa-suku bangsa yang berbeda. Suku
bangsa tersebut biasanya saling hidup bertetangga atau secara bersama membentuk
terwujudnya sebuah masyarakat yang luas dari pada masing-masing masyarakat suku
bangsanya.
Kalimantan
barat misalnya, adalah sebuah masyarakat yang mencakup sejumlah suku bangsa
yang masing-masing suku bangsa tersebut mewujudkan dirinya dalam sebuah
masyarakat suku bangsa yang berbeda dengan yang lainnya. Satuan kehidupan yang terkecil
yang dipunyai oleh seorang warga suku bangsa adalah keluarganya dan kelompok
kerabatnya.
Dalam
hubungan antar suku bangsa masing-masing suku bangsa menciptakan dan
memantapkan batas-batas sosial dan budaya, batas-batas suku bangsa artinya
berdasarkan atas batas suku bangsa tersebut mereka membedakan diri sebagai saya
dari dia yang berbeda, dan menggolongkan sejumlah orang yang tergolong bukan
dari suku bangsa yang sama.
Dalam
hubungan diantara warga yang berbeda suku bangsanya, yang terjalin sebagai
hubungan yang saling menguntungkan, mereka telah membuat jembatan penghubung
diatas batas-batas suku bangsa tersebut. jembatan ini berupa hubungan pribadi
yang terwujud sebagai persahabatan ataupun perkawinan atau terwujud sebagai
hubungan sosial,hubungan kerja, ekonomi,dan hubungan politik.
Dalam
kasus hubungan perkawinan antar anggota suku bangsa yang berbeda, masing-masing
pelaku dari pasangan suami istri tersebut tetap mempertahankan jati diri atau
identitas bangsanya dan begitu juga dalam kasus persahabatan atau pengangkatan
saudara, masing-masing pelaku tetap mempertahankan kesuku bangsaannya.
Kesukubangsaan dari sipelaku lainnya itu secara implicit adalah sama dengan
golongan suku bangsanya, walaupun secara exsplisit bukan golongan suku bangsanya.
C.
Masalah Hubungan Antar Suku Bangsa
1.
Mayoritas-Minoritas
·
Mayoritas adalah
sesuatu golongan social dengan jumlah populasi yang besar dibandingkan dengan
minoritas atau sesuatu golongan social lainnya yang kecil jumlah populasinya.
·
Minoritas adalah
sebuah golongan social yang lemah kekuatan sosialnya, mencakup cirri-ciri
golongan social lainnya yang lemah muatan kekuatan sosialnya.
2.
Superior-Inferior
Masalah ini terlihat ketika dominasi suatu
sukubangsa dalam bidang-bidang tertentu baik itu ekonomi, politik, pendidikan
dan sebagainya. Jelas, sukubangsa superior akan menguasai sukubangsa inferior
atas penguasaan bidang-bidang tertentu
3. Pusat
Pinggiran
Hal ini berhubungan dengan kondisi geografis
tempat di mana masyarakat tinggal yang menjadi pendukung sukubangsa. Masyarakat
(sukubangsa) yang tinggal di daerah atau terpusat pada kawasan pinggiran akan
mendapat perhatian yang kurang dan sentuhan pembangunan yang tidak terlalu
diutamakan dibandingkan dengan daerah kota atau pusat kota.
Sumber
Rujukan:
Suparlan, Parsudi. 2005. Hubungan Antar Suku Bangsa.
Jakarta: YPTK.
0 comments:
Post a Comment