Acara Pembukaan yang dimoderatori Wakakur MAN Gunung |
JP/Padang-Madrasah
Aliyah Negeri yang berjulukan ”Kampus Hijau” itu menggelar training
Budaya Senang Melayani (BSM). Training (pelatihan) ini diikuti sekitar
45 orang civitas akademika MAN Gunung Kota Padangpanjang yang terdiri dari
pimpinan madrasah, majelis guru, staf tata usaha, petugas kebersihan dan
petugas keamanan (satpam).
Kegiatan
yang dilaksanakan di ruang belajar XI Keagamaan (Kamis, 5/3/2015) itu
mendatangkan Wetri Mudrison, S.Ag, S.Pd, M.Pd, trainer dan konsultan
yang merupakan trainer ESQ 165 sejak 2006 itu.
Kegiatan
yang bersamaan dengan rapat persiapan UAMBN (Ujian Akhir Madrasah Berstandar
Nasional), Ujian Akhir Sekolah bagi kelas XII dan Ujian Tengah Semester bagi
kelas X dan XI sengaja dikemas berbeda dibanding kegiatan rapat biasanya.
“Kegiatan
rapat kali ini sengaja diformat berbeda dibanding rapat sebelumnya, hari ini
didatangkan trainer yang akan melatih kita bersama bagaimana melayani
dengan senang,” jelas Amrizon,S.Pd, M.Pd.I, Kepala MAN Gunung Padangpanjang
saat menyampaikan arahannya.
Selanjutnya,
trainer memutar video tentang fenomena dunia pendidikan yang marak
akhir-akhir ini seperti kasus pelajar SD di salah satu kota di Sumatera Barat
yang menganiaya teman selokal-nya secara bersama, hingga video guru di Papua
yang memukuli siswa-nya yang salah mengerjakan latihan sembari merokok. Wetri
yang merupakan ex.Kepala salah satu Madrasah Aliyah di Bogor, Jawa Barat itu
juga mengkorelasikan training-nya dengan ayat-ayat Al Quran.
“Ada
beberapa indikator keberhasilan seorang anak yakni berkepribadian kuat,
berkarakter, setia pada kebenaran, berkontribusi positif terhadap moral dan
tatanan sosial masyarakat,” ungkap Wetri, trainer yang baru menetap di
kota Serambi Mekkah ini.
Selain
itu, ia juga menjelaskan perangkat bawaan seorang anak. Pertama, intelectual
curiosity, seorang anak memiliki rasa penasaran atau ingin tahu. Kedua, creative
imagination, seorang anak juga kreatif dan penuh imajinasi. Ketiga, art
of discovery, seorang anak juga memiliki kemampuan untuk merombak atau
merubah sesuatu. Keempat, noble attitude, seorang anak memiliki sikap
yang baik (akhlak yang mulia).
Tearakhir,
kegiatan ditutup dengan sesi komentar oleh dua orang peserta. “Pelatihan ini
sangat bagus sekali, jika bisa dilanjutkan untuk tahap teknis setelah kegiatan
ini,” pesan Nurhadi, S.Pd, guru Bahasa Inggris. (Hasan Asyhari, Wartawan Muda)