Wednesday, March 7, 2012

Resensi Novel: "Zackya, Sang Wanita Tegar"


Perjuangan Sang Wanita Palestina dan Suaminya

 

Judul               : Zackya, Sang Wanita Tegar
Pengarang       : Yusuf Atha ath-Thuraify
Penerbit           : Akbar Media Eka Sarana, Jakarta
Cetakan           : Pertama, Juni 2008
Tebal Buku      : xii+276 Halaman

          Tak terbayangkan oleh para penduduk negeri Palestina yang damai dan makmur bahwa suatu saat yakni di penghujung tahun 1940-an mereka akan terusir dari daratan mereka dan hidup dalam pengungsian. Mengungsi untuk selamanya dan tak ada harapan kembali pada rumah yang menjadi kisah cinta dan kasih sayang penduduk Palestina. Sebab, rumah-rumah itu akan menjadi tumpukan material bangunan akibat serangan tentara penjajah yakni zionis Israel yang di back-up oleh Inggris dan Amerika.
            Awalnya para pengungsi masih berharap suatu nanti mereka akan tiba kembali ke kampung halamannya. Namun seiring perputaran waktu mereka harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka terus hidup dalam kandang pengungsian. Tidak hanya terhenti begitu saja mereka harus merelakan diri untuk pindah dari satu kamp ke kamp yang lain.
            Dunia membiarkan Israel mencaplok dan menjelajah negeri Palestina. Perundingan demi perundingan terus dilakukan namun tak menemukan titik terang. Terbukti, hingga saat ini para pengungsi Palestina itu masih trercerai-cerai di berbagai tempat (negara) dan hidup dalam lembah kegetiran, kemiskinan, kesulitan dan kemelaratan.
            Padahal di antara mereka ada para pejuang yang turut serta membela negeri Palestina nan tercinta dari serbuan tentara Israel. Di antara mereka ada seorang pejuang wanita dan suaminya yang terbawa arus takdir hingga menjadi pengungsi yang akhirnya meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pengungsian. Mereka adalah Zackya dan suaminya Said. Mereka adalah pejuang pada masa mudanya dulu. Said dijuluki sang pahlawan sedangkan Zackya seorang gadis yang sangat gigih dan tidak mengenal kata takut akhirnya dihormati karena perangai baiknya membantu pasukan pejuang melawan penjajah Israel.
            Sepasang pejuang syahid itu melewati arus kehidupan yang penuh kesengsaraan dan penderitaan di berbagai kamp pengungsi. Said yang sedang mengalami cacat kaki akibat tembakan musuh terus bekerja hingga usia senja demi menghidupi dan menjaga keluarganya. Begitupun Zackya yang menghabiskan harinya dengan menyulam, menjahit dan dikenal ahli berdagang.
            Penulis sangat pandai mengisahkan perjuangan Zackya dan Said seakan-akan diputarkan sebuah film tentang kisah heroik pejuang Palestina. Baik ketika melawan dan menghancurkan musuh di medan perlawanan maupun saat mencoba untuk bertahan hidup di kamp-kamp pengungsian
            Ramuan kata-kata yang diungkapkan oleh Yusuf dalam novel ini seperti pelaporan seorang wartawan yang meliput konflik di suatu daerah. Seakan-akan pembaca terbawa arus dalam kisah yang sebenarnya.
            Novel “Zackya, Sang Wanita Tegar” ini tidak hanya menggugah simpati dan empati pembaca terhadap perjuangan bangsa Palestina dalam memperjuangkan haknya, namun lebih dari itu novel perjuangan ini mengajarkan kepada pembaca akan nilai-nilai keberanian, keteguhan, kesabaran pengorbanan bahkan cinta dan kasih sayang yang menyatukan persaudaran antar sesama.
            Bagaimanapun getrirnya kehidupan penduduk Palestina saat itu. Mereka tak akan pernah khawatir akan segala hal yang menimpa mereka karena mereka yakin dengan pertolongan Allah swt, Tuhan pemilik diri mereka.
            Salah satu yang menjadi titik kelemahan novel ini adalah dari segi kertas yang digunakan. Karena kebetulan kertas yang dipakai adalah kertas koran sehingga mengesankan novel ini tak ubahnya seperti tumpukan lembaran-lembaran koran yang dibukukan. Semoga saja untuk cetakan selanjutnya pihak penerbit menggunakan kertas yang berkualitas bagus agar terkesan lebih berharga lagi. Namun kelemahan tersebut ditutup dengan berbagai kelebihan. Kisah yang diuraikan secara sistematis memudahkan pembaca dalam memahami apa yang disampaikan penulis dalam novel ini.
 Oleh karena itu, novel perjuangan yang penuh akan perjuangan melawan getirnya hidup melawan zionis Israel yang didukung oleh kekuatan barat ini pantas sekali di baca oleh remaja khususnya sebagai tongkat estafet bangsa Indonesia secara keseluruhan demi menjaga keutuhan maupun kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Hasan Asyhari)

0 comments:

Post a Comment