Monday, April 23, 2012

Telaah Tentang Konsep Nilai Budaya dan Mentalitas & Sistem Nilai Budaya Koenjaraningrat


Nilai adalah sesuatu yang berharga serta dihargai oleh masyarakat mengenai baik-buruk perilaku. Perilaku anggota masyarakat akan bernilai jika perilaku tersebut baik menurut budaya masyarakat itu, perilaku buruk yang bertentangan dengan budaya disebut tidak bernilai.
Budaya adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta dari keseluruhan hasil budi dan karyanya itu. Ada 3 wujud kebudayaan :
1.      Wujud idee: lapisan yang paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Tingkat ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat.
2.      Wujud kelakuan: perbuatan, sikap, tindakan manusia yang telah dipikirkan namun dapat dilihat dari perilaku sehari-hari.
3.      Wujud fisik: berupa benda-benda kebudayaan yang telah dihasilkan oleh manusia. Seperti: lukisan, pakaian , komputer, mobil, rumah, candi, dll. Jenis fisik adalah yang dapat kita lihat, rasakan dan kita manfaatkan dari nilai guna benda tersebut.
Sistem nilai budaya atau cultural value system adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian dari besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem nilai budaya seolah-olah berada di luar dan di atas diri para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan.
Sejak kecil individu telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat sehingga konsepsi-konsepsi itu  sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itu sebabnya nilai-nilai budaya tadi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat. Contoh lain adalah ketika menjadi seorang tamu, baik dalam undangan pesta ataupun jamuan rumah, seorang tamu tidak akan langsung menyantap makan dan minuman yang telah disediakan oleh tuan rumah akan tetapi dia menunggu dipersilahkan dulu oleh tuan rumah untuk menikmati hidangannya. Hal ini terjadi karena di dalam pikiran orang Indonesia pada umumnya bahwa perilaku menikmati ataupum menyantap hidangan tanpa dipersilahkan dahulu dinilai kurang sopan dan tidak baik. Nilai-nilai tersebut sudah tertanam dari mulai proses sosialisasi, sehingga akan sulit berubah. Sampai saat sekarang ini nilai masih ada.
Contoh yang lebih jelas yaitu sikap congkak dalam hal ini menghadapi orang lain yang berkedudukan sebagai bawahan. Kemudian sikap ini terpengaruh oleh nilai budaya yang menganggap mencapai kedudukan tinggi orang dapat dilayani oleh orang lain tetapi tidak usah melayani orang lain.
Konsep sikap mental (attitude) adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa atau diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (lingkungan manusia/masyarakat, maupun alamiah/fisik). Walaupun berada di dalam diri seorang individu, sikap itu biasanya toh juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering bersumber pada nilai budaya.
Mentalitas adalah keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya.
Ada lima kerangka sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan yang ada di dunia menurut “Kluckhohn” :
1.      Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (MH) : ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan, karena itu harus dihindari seperti agama Budha mengkonsespsikan hidup sebagai suatu hal yang buru.
2.      Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (MK) : ada kebudayaan yang memandang karya manusia hakekatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup, kebudayaan lain menganggap hakekat dari karya manusia itu memberikannya suatu kedudukan yang penuh kehormatan dalam masyarakat sedangkan yang laing menganggap sebagai suatu gerah hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
3.      Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia (MW) : ada kebudayaan yang memandang penting dalam kehidupan manusia masa yang lampau. Orang akan mengambil pedoman dalam kelakuannya contoh-contoh kejadian dalam masa lampau. Kebudayaan-kebudayaan lain malah justru mementingkan pandangan yang berorientasi sejauh mungkin terhadap masa yang akan datang, perencanaan hidup menjadi amat penting.
4.      Masalah mengenai hakekat dai hubungan manusia (MA) : ada kebudayaan yang memandang alam begitu dahsyat, sehingga manusia pada hakekatnya hanya bisa bersifat menyerah saja tanpa ada banyak yang diusahakannya. Sebaliknya ada kebudayaan lain yang memandang alam sebagai suatu hal yang dapat dilawan manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain lagi menganggap bahwa manusia itu hanya bisa berusaha mencari keselarasan dengan alam.
5.      Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia (MM) : ada kebudayaan yang amat mementingkan hubungan vertikal antara manusia denga sesamanya (berpedoman pada tokoh pemimpin, orang senior, atau atasan). Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya, orang akan merasa tergantung sesamanya dan usaha untuk memelihara hubungan baik dengan tetangga.

Referensi:
Koentjaraningrat. 1987 .Persepsi tentang Kebudayaan dan Pembangunan. Jakarta:  Gramedia.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        

0 comments:

Post a Comment