Telaah Tentang Konsep Nilai Budaya dan Mentalitas & Sistem Nilai Budaya Koenjaraningrat
Nilai
adalah sesuatu yang berharga serta dihargai oleh masyarakat mengenai baik-buruk
perilaku. Perilaku anggota masyarakat akan bernilai jika perilaku tersebut baik
menurut budaya masyarakat itu, perilaku buruk yang bertentangan dengan budaya
disebut tidak bernilai.
Budaya
adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta dari keseluruhan hasil budi dan karyanya itu. Ada 3 wujud
kebudayaan :
1. Wujud
idee: lapisan yang paling abstrak dan luas
ruang lingkupnya. Tingkat ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai
dalam kehidupan masyarakat.
2. Wujud
kelakuan: perbuatan, sikap, tindakan manusia
yang telah dipikirkan namun dapat dilihat dari perilaku sehari-hari.
3. Wujud
fisik: berupa benda-benda kebudayaan yang
telah dihasilkan oleh manusia. Seperti: lukisan, pakaian , komputer, mobil,
rumah, candi, dll. Jenis fisik adalah yang dapat kita lihat, rasakan dan kita
manfaatkan dari nilai guna benda tersebut.
Sistem
nilai budaya atau cultural value system
adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian dari besar
warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam
hidup. Nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan
manusia. Sistem nilai budaya seolah-olah berada di luar dan di atas diri para
individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan.
Sejak
kecil individu telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam
masyarakat sehingga konsepsi-konsepsi itu
sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itu sebabnya
nilai-nilai budaya tadi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam
waktu singkat. Contoh lain adalah ketika menjadi seorang tamu, baik dalam
undangan pesta ataupun jamuan rumah, seorang tamu tidak akan langsung menyantap
makan dan minuman yang telah disediakan oleh tuan rumah akan tetapi dia
menunggu dipersilahkan dulu oleh tuan rumah untuk menikmati hidangannya. Hal
ini terjadi karena di dalam pikiran orang Indonesia pada umumnya bahwa perilaku
menikmati ataupum menyantap hidangan tanpa dipersilahkan dahulu dinilai kurang
sopan dan tidak baik. Nilai-nilai tersebut sudah tertanam dari mulai proses
sosialisasi, sehingga akan sulit berubah. Sampai saat sekarang ini nilai masih
ada.
Contoh
yang lebih jelas yaitu sikap congkak dalam hal ini menghadapi orang lain yang
berkedudukan sebagai bawahan. Kemudian sikap ini terpengaruh oleh nilai budaya
yang menganggap mencapai kedudukan tinggi orang dapat dilayani oleh orang lain tetapi
tidak usah melayani orang lain.
Konsep
sikap mental (attitude) adalah suatu
disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa atau diri seorang individu untuk
bereaksi terhadap lingkungannya (lingkungan manusia/masyarakat, maupun
alamiah/fisik). Walaupun berada di dalam diri seorang individu, sikap itu
biasanya toh juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering bersumber pada nilai
budaya.
Mentalitas
adalah keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia
dalam hal menanggapi lingkungannya.
Ada
lima kerangka sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan yang ada di dunia
menurut “Kluckhohn” :
1. Masalah mengenai
hakekat dari hidup manusia (MH) : ada kebudayaan yang
memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan
menyedihkan, karena itu harus dihindari seperti agama Budha mengkonsespsikan
hidup sebagai suatu hal yang buru.
2. Masalah mengenai
hakekat dari karya manusia (MK) : ada kebudayaan yang
memandang karya manusia hakekatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup,
kebudayaan lain menganggap hakekat dari karya manusia itu memberikannya suatu
kedudukan yang penuh kehormatan dalam masyarakat sedangkan yang laing menganggap
sebagai suatu gerah hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
3. Masalah mengenai hakekat
dari kedudukan manusia (MW) : ada kebudayaan yang
memandang penting dalam kehidupan manusia masa yang lampau. Orang akan mengambil
pedoman dalam kelakuannya contoh-contoh kejadian dalam masa lampau.
Kebudayaan-kebudayaan lain malah justru mementingkan pandangan yang
berorientasi sejauh mungkin terhadap masa yang akan datang, perencanaan hidup
menjadi amat penting.
4. Masalah mengenai
hakekat dai hubungan manusia (MA) : ada kebudayaan
yang memandang alam begitu dahsyat, sehingga manusia pada hakekatnya hanya bisa
bersifat menyerah saja tanpa ada banyak yang diusahakannya. Sebaliknya ada
kebudayaan lain yang memandang alam sebagai suatu hal yang dapat dilawan
manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan alam.
Kebudayaan lain lagi menganggap bahwa manusia itu hanya bisa berusaha mencari
keselarasan dengan alam.
5. Masalah mengenai
hakekat dari hubungan manusia (MM) : ada kebudayaan
yang amat mementingkan hubungan vertikal antara manusia denga sesamanya
(berpedoman pada tokoh pemimpin, orang senior, atau atasan). Kebudayaan lain
mementingkan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya, orang akan
merasa tergantung sesamanya dan usaha untuk memelihara hubungan baik dengan
tetangga.
Referensi:
Koentjaraningrat. 1987 .Persepsi tentang Kebudayaan dan Pembangunan.
Jakarta: Gramedia.
0 comments:
Post a Comment