Perjalanan Pagi di Kota Tercinta
Pagi ini kumulai dengan melaksanakan
beberapa gerak pemanasan yang sering kulakukan di pelataran rumah. Setelah itu,
ku ambil jaket merahku dan ku buka pagar bercat putih yang selalu berdiri di
hadapan rumahku. Ku mulai dengan berlari kecil sembari menghirup segarnya udara
pagi di kota nan sejuk ini.
Pertama kulewati gang kecil di
samping rel kereta api. Jalan kecil yang sering jadi bahan perhatianku tiap
berjalan. Di kanan-kiri nya ku menjumpai pernak-pernik kehidupan. Di sebelah
kanan kulihat depot air Halen’s. Sedangkan, di kirinya kujumpai tempat
bimbingan belajar AL Jabar namanya.
Setelah sampai di persimpangan rel
kereta api. Kakiku melangkah ke arah atas. Kulewati jalan kampong cina. Dan ku
temui warung bakso Amin. Tempat makan
bakso favorit di kotaku.
Ku
berbelok ke kanan. Kulewati pasar yang masih sunyi dengan umat manusia.
Meskipun ada satu-satu, namun mereka adalah penjual mainan, aksesoris kaca mata
yang ada di pelataran toko-toko di pasar itu.
Tak seperti biasanya. Pasar yang
selalu bersih setiap pagi hari saat itu masih dipenuhi dengan rimbunnya
gerobak-gerobak penjual makanan yang biasanya mangkal setiap malam di badan
pusat pasar. Mungkin karena masih dalam suasana lebaran. Tentu mereka ingin
mendapatkan keberkahan hari di nan fitri.
Sambil menatapi gerobak-gerobak yang
tertutupi dengan plastik yang berwarna-warni itu. Ku langsung berbelok ke arah
masjid Mardiyah. Ku lewati masjid itu dengan berbelok kanan menuju pasar gang
kecap namanya. Tak seperti biasanya juga. Biasanya badan jalan pasar ini sudah
dipenuhi dengan peralatan para pedagang pasar. Namun, semenjak lebaran para
pedagang yang berasal dari berbagai daerah di dalam dan di luar kotaku
meliburkan diri untuk silaturrahmi bersama sanak keluarga.
Kemudian, aku pun berbelok arah
pulang. Ku berjalan lurus menuju gang ucapan Selamat Datang di Kel.Tanah Hitam yang sudah dipenuhi tumbuhan liar di atasnya. Ku lihati depot air yang di depannya dipenuhi dengan jejeran galon-galon
yang akan diisi dengan berbagai volume
air. Ku terus berjalan hingga menembus jalan menuju rumahku. Ku perhatikan
mobil jazz biru di sebelah rumahku. Ku berpikir, mobil itu punya siapa ya?
Tanyaku dalam hati. Tak terlalu lama kumemikirkan itu. Aku pun masuk ke dalam
pagar rumahku. Lalu ku ambil seikat sapu lidi untuk membersihkan sampah-sampah
bungkusan makanan di sekitar pekarangan rumahku.
Ku sapu. Ku tarik satu persatu
sampah hingga masuk ke dalam pekarangan rumah. Dan ku angkat dengan tangan yang
sudah ku bungkus dengan kantong plastik hitam di dalam bak sampah plastic di
sudut rumahku. Betapa lega hati dan pikiranku setelah melihat hilangnya
sampah-sampah yang membuat kepalaku hampir pecah dibuatnya. Itulah perjalanan singkatku
pada pagi hari di pasar nan tercinta.
-HASAN ASYHARI-
0 comments:
Post a Comment