Lapsus-Diskusi Sastra Bersama Novelis dan Cerpenis Asal Padangpanjang
Dikusi bersama Drs. Irzen Hawer dan M. Subhan (Novelis) |
Sebagai bentuk
keprihatinannya akan kurang boomingnya penulis-penulis asal kota hujan,
Padangpanjang seperti yang terdahulu Buya Hamka, AA Navis dan Taufik Ismail.
Sekaligus melakukan pembahasan maupun berbagai masukan terhadap karya-karya
penulis yang sudah maupun belum dipublikasikan. Maka dari itu, pada hari ini
Minggu, 13 Januari 2013 diadakanlah diskusi perdana yang selanjutnya akan rutin
dilaksanakan dwimingguan dengan tempat yang berbeda juga. Yang hadir saat itu
umumnya adalah penulis pemula maupun yang sudah lama berkecimpung dalam dunia
kepenulisan. Bertempat di rumah penulis novel Cinta di Kota Serambi, Drs. Irzen
Hawer atau akrab dipanggil cikgu oleh
rekan-rekannya. Diskusi perdana ini dihadiri oleh ketua umum FAM Indonesia,
Muhammad Subhan dan beberapa orang penulis lainnya apakah itu penulis buku
maupun penulis di berbagai media lainnya.
Dalam diskusi tersebut
diawali dengan pembahasan terkait sastra. Menyorot kritikus sastra yang
terdahulu HB. Yasin. Beliau merupakan salah seorang sosok pakar sastra yang
populer di Indonesia. Berbagai buku sastra sudah dilahapnya sebagai bentuk
kekritisannya akan sastra di Indonesia. Sempat terjadi adu pendapat oleh para
yang hadir saat itu terkait pengertian sastra yang sebenarnya seperti apa. Ada
juga sastrawan yang menyebut novel-novel sekarang yang sangat populer seperti
laskar pelangi bukan merupakan sastra namun merupakan pop. Sebuah genre baru di
dunia kepenulisan yang berbau kepopuleran (pop). Ada juga sastrawan lain yang
berpandangan sastra itu adalah suatu tulisan yang mengandung nilai moral. Nah,
kalau begitu novel-novel sekarang juga banyak mengandung nilai moral. Perbedaan
argumen para sastrawan itu yang ditengahi saat diskusi tersebut.
Dalam diskusi yang
berlangsung hampir tiga setengah jam itu. Masing-masing penulis juga ditanyakan
bakat menulisnya ke jenis sastra yang mana apakah fiksi maupun nonfiksi. Dan
sempat juga disinggung terkait cara mengirim berbagai tulisan ke media cetak
seperti koran lokal (daerah). Diskusi yang berlangsung seru itu terkesan dimakan
waktu. Sehingga sekitar jam 16.30 WIB diskusi ditutup dengan penugasan membuat
sebuah fiksi seperti cerpen dan novel untuk dikemas dalam sebuah kolom di salah
satu jejaring sosial yang nantinya bisa di baca dan dikritisi oleh anggota FAM
lainnya. Sehingga dari berbagai masukan tadi hendaknya bisa lebih baik lagi
apakah dari segi diksi, EYD dan sebagainya. Adapun tujuan akhirnya
tulisan-tulisan tersebut bisa dikirim ke koran lokal bahkan bisa diterbitkan
dalam bentuk buku nantinya. (HASAN
ASYHARI)
0 comments:
Post a Comment