Monday, January 14, 2013

Lapsus-Diskusi Sastra Bersama Novelis dan Cerpenis Asal Padangpanjang



Dikusi bersama Drs. Irzen Hawer dan M. Subhan (Novelis)
Padangpanjang-Hari ini Minggu, 13 Januari 2013 diadakan diskusi sastra (Cerpen dan Novel) perdana dwimingguan yang digagas oleh Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia wilayah Padangpanjang di salah satu rumah seorang novelis dan juga guru SMA Negeri 1 Batipuah, Kab. Tanah Datar  Drs. Irzen Hawer. Wadah kepenulisan yang mau beranjak satu tahun umurnya itu mengalami perkembangan yang pesat. Sudah muncul penulis-penulis pemula yang juga menerbitkan karyanya di FAM Publishing. Salah satu divisi penerbitan FAM Indonesia. FAM Indonesia berpusat di Pare, Kediri, Jawa Timur dicetus oleh Muhammad Subhan dan Aliyah Nurlela. Masing-masing pencetus itu juga merupakan dua penulis. Meskipun berbeda tempat tinggal, namun visi tetap sama dalam wadah kepenulisan itu yakni menjembatani motto dakwah bil qalam. Yang merupakan salah satu tujuan dari wadah kepenulisan itu.
Sebagai bentuk keprihatinannya akan kurang boomingnya penulis-penulis asal kota hujan, Padangpanjang seperti yang terdahulu Buya Hamka, AA Navis dan Taufik Ismail. Sekaligus melakukan pembahasan maupun berbagai masukan terhadap karya-karya penulis yang sudah maupun belum dipublikasikan. Maka dari itu, pada hari ini Minggu, 13 Januari 2013 diadakanlah diskusi perdana yang selanjutnya akan rutin dilaksanakan dwimingguan dengan tempat yang berbeda juga. Yang hadir saat itu umumnya adalah penulis pemula maupun yang sudah lama berkecimpung dalam dunia kepenulisan. Bertempat di rumah penulis novel Cinta di Kota Serambi, Drs. Irzen Hawer atau akrab dipanggil cikgu oleh rekan-rekannya. Diskusi perdana ini dihadiri oleh ketua umum FAM Indonesia, Muhammad Subhan dan beberapa orang penulis lainnya apakah itu penulis buku maupun penulis di berbagai media lainnya.  
Dalam diskusi tersebut diawali dengan pembahasan terkait sastra. Menyorot kritikus sastra yang terdahulu HB. Yasin. Beliau merupakan salah seorang sosok pakar sastra yang populer di Indonesia. Berbagai buku sastra sudah dilahapnya sebagai bentuk kekritisannya akan sastra di Indonesia. Sempat terjadi adu pendapat oleh para yang hadir saat itu terkait pengertian sastra yang sebenarnya seperti apa. Ada juga sastrawan yang menyebut novel-novel sekarang yang sangat populer seperti laskar pelangi bukan merupakan sastra namun merupakan pop. Sebuah genre baru di dunia kepenulisan yang berbau kepopuleran (pop). Ada juga sastrawan lain yang berpandangan sastra itu adalah suatu tulisan yang mengandung nilai moral. Nah, kalau begitu novel-novel sekarang juga banyak mengandung nilai moral. Perbedaan argumen para sastrawan itu yang ditengahi saat diskusi tersebut.
Dalam diskusi yang berlangsung hampir tiga setengah jam itu. Masing-masing penulis juga ditanyakan bakat menulisnya ke jenis sastra yang mana apakah fiksi maupun nonfiksi. Dan sempat juga disinggung terkait cara mengirim berbagai tulisan ke media cetak seperti koran lokal (daerah). Diskusi yang berlangsung seru itu terkesan dimakan waktu. Sehingga sekitar jam 16.30 WIB diskusi ditutup dengan penugasan membuat sebuah fiksi seperti cerpen dan novel untuk dikemas dalam sebuah kolom di salah satu jejaring sosial yang nantinya bisa di baca dan dikritisi oleh anggota FAM lainnya. Sehingga dari berbagai masukan tadi hendaknya bisa lebih baik lagi apakah dari segi diksi, EYD dan sebagainya. Adapun tujuan akhirnya tulisan-tulisan tersebut bisa dikirim ke koran lokal bahkan bisa diterbitkan dalam bentuk buku nantinya. (HASAN ASYHARI)

0 comments:

Post a Comment