Oleh
: Piki Setri Pernantah*
“Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran : 104)
Dakwah kampus adalah suatu hal yang
mungkin tak asing lagi untuk didengar. Hal ini menjadi sebuah fenomena yang
menarik untuk dibahas dan diperhatikan. Dengan berbagai pergerakan dan dinamikanya,
para aktivis dakwah kampus terus-menerus secara berkesinambungan menjalankan
agendanya. Kampus semakin akrab dengan nuansa pergerakan mahasiswa muslim,
dengan berbagai aktivitas yang dilakukan seperti mentoring, kajian rutin,
halaqah, seminar sampai pada aksi-aksi keummatan. Kampus tidak lagi sekedar tempat
tumbuhnya lokus intelektual semata. Ia pun semakin kental menjadi pusat
pertumbuhan semangat dan aktivitas keislaman yang signifikan.
Nah, sekarang siapa itu aktivis dakwah kampus? Aktivis dakwah kampus adalah para mahasiswa yang aktif dalam kegiatan dakwah dan keislaman di dalam tataran kampus. Mereka adalah orang-orang yang selain sibuk menjalankan aktivitas perkuliahan, mereka juga aktif untuk berdakwah dan berusaha menyebarkan segala kebaikan. Selain itu, para aktivis dakwah kampus juga merupakan para mahasiswa yang tentunya berhubungan langsung dengan lingkungan kampus, menuntut mereka untuk mampu bersosialisasi di unsur-unsur yang ada dalam maupun luar kampus sekalipun. Sebagai contoh, dalam lingkup studinya baik di fakultas atau jurusan, organisasi mahasiswa atau UKM, kontrakan atau kos teman, dan sebagainya. Hal-hal semacam ini hendaknya menjadi perhatian dan ditanggapi secara bersama oleh para aktivis dakwah kampus sebagai sebuah peluang untuk mengembangkan misi dakwahnya.
Sarana yang digunakan untuk
aktivitas dakwah mereka adalah seperti lembaga-lembaga dakwah yang ada di
kampus. Dalam lembaga dakwah kampus tersebut, para aktivis dakwah tentunya
memiliki ranah dan amanah-amanah yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan
organisasi dan potensi yang dimiliki oleh para aktivis. Terdapat tiga ranah
yang ada di dalam aktivitas dakwah kampus, yaitu ranah dak’wi, ranah siyasi,
dan ranah ilmi’.
Dalam setiap aktivitas dakwah di
kampus, tentu banyak hal yang dapat dilihat dan dirasakan oleh para aktivis
dakwah. Berbagai tantangan mesti dihadapi, berbagai persoalan mesti dicarikan
solusi serta berbagai permasalahan dan pertanyaan mesti mendapatkan jawaban.
Sebuah jawaban yang harus didapatkan dari para aktivis dakwah kampus sebagai
para pelaku dalam menjalankan misi dakwahnya. Begitupun tidak terkecuali sebuah
lembaga dakwah kampus, tentunya akan banyak tantangan, hambatan atau kendala
yang dihadapi terkait visi dan misi suatu lembaga tersebut. Hal itu juga
membutuhkan solusi dan jawaban.
Untuk menjawab berbagai permasalahan
dan problematika yang dihadapi dalam aktivitas dakwah, baik dalam pribadi
aktivis dakwah maupun lembaga dakwah. Hal yang pertama yang mesti diperhatikan
adalah posisi dari para aktivis dakwah. Pada dasarnya para aktivis dakwah
kampus sama dengan mahasiswa lain. Namun, dalam setiap aktivitasnya para
aktivis dakwah kampus selalu mendapat sorotan dari para mahasiswa lain. Posisi
para aktivis dakwah yang senantiasa dalam setiap aktivitasnya berusaha
memberikan dan menebarkan nilai-nilai kebaikan dikampus, hal itu bisa saja
menjadi suatu bahan kajian yang pragmatis bagi mahasiswa lain atau orang
sekitar terkait pola perilaku dan aktivitas para aktivis dakwah yang jika ada
melakukan suatu kesalahan atau sesuatu yang tidak wajar.
Setelah memahami posisi berada
dimana, maka selanjutnya baru menganalisis berbagai permasalahan dalam tataran
jama’ah dan lembaga dakwah. Banyak hal yang bisa menjadi jawaban para aktivis
dakwah agar lebih bisa menembus tantangan dakwah di kampus. Hal selanjutnya,
yang bisa dilakukan adalah bagaimana membuat lembaga dakwah bisa memiliki
internal yang solid dan kokoh, mampu satukan gerak langkah untuk mencapai visi
misi bersama secara jelas, dan memiliki struktur yang mantap serta
kepahaman para aktivis dakwah akan amanah dan tanggungjawab. Setelah internal
baik dan lancar, maka selanjutnya bisa dilakukan pencitraaan terhadap lembaga
dakwah dan aktivis dakwahnya. Berusaha membangun citra baru yang lebih inklusif
dalam pergaulan dan pandangan publik. Selain itu, perlu juga adanya re-marketisasi
lembaga agar para aktivis dakwah kampus tidak hanya dipanggil dalam acara-acara
baca do’a atau diminta meruqyah bila ada orang kesurupan. Tetapi ada harapan
yang lebih yang mesti ditargetkan untuk kemajuan dakwah kampus.
Setelah lembaga kokoh dan solid
serta kredibilitas sosial dalam lembaga dan aktivis terbangun, maka sudah
saatnya figur aktivis dakwah kampus muncul menjadi pemimpin yang melayani (khadimul
ummah) dan menjadi contoh bersama. Di sini dibutuhkan profil aktivis yang
ideal dengan kepemimpinan efektif untuk mengulang kisah sukses para khalifah
dalam rentang sejarah keemasan Islam. Terlebih jika dibangun dengan lebih dekat,
akrab dan bersahabat.
*Penulis merupakan aktivis dakwah kampus dari Fakultas
Ilmu Sosial Uiversitas Negeri Padang (FIS UNP). Sekarang ia juga diamanahkan
sebagai Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa FIS UNP. Ia juga aktif di dakwah
kampus lini siyasi.